menurut seorang tokoh di dusun Taruban nama Taruban berasal dari nama tarub dan yang memberi nama adalah Raja mataram pertama , dimulai saat raja mataram mengadakan sayembara benteng mataram ( adon adon),setelah mendapat titah dari raja maka tokoh tokoh di desa ini yang dulunya bernama tegal dan ndeso ,mengadakan rapat yang dipimpin oleh seorang tokoh bernama Ronggo joyo dan Kertoyudo dan diantara yang hadir ada seorang prajurit dari majapahit asal tuban bernama ki kalang (yang nantinya mendapat gelar joko tarub ) setelah mengadakan rapat maka diputuskan tempat adon adon adalah jeblokan ( sekarang menjadi sawah ) dan yang membuat dekorasi ( tarub ) adalah ki kalang yang masih muda dan belum punya istri ,maka sering di sebut dengan joko tarub karena begitu elok tarub yang di buat sehingga membuat raja kagum
pada zaman itu daerah sini masih berupa tegalan dan sawah dan setiap panen tiba banyak sekali orang dari daerah purworejo terutama ibu ibu dan gadis gadis yang ikut derep (reno ) disini ,karena jarak yang jauh banyak yang menginap dan ikut mandi di sendang ghede ( sekarang mur gedhe / sendang kamulyan ) , ,karena hasil panen yang melimpah ruah maka tiap habis panen di adakan tari tarian persahabatan sebagai tanda syukur (yang sekarang bernama tayub ) lagi lagi ki kalang yang membuat dekorasi ( tarubnya ) karena berkesan dengan tarub dan tayub maka daerah ini kemudian di sebut Taruban , dan cerita legenda joko tarub muncul sehingga salah satu dari gadis purworejo itu jadi istri dari ki kalang (joko tarub )
ada sedikit cerita mistik yang sampai saat ini masih jadi cerita turun temurun yaitu zaman dahulu kata orang tua di daerah Taruban ini ada gamelan keramat yang hanya muncul saat ada acara tayub tapi sudah lama menghilang karena salah satu gamelan di curi orang hingga saat ini tak pernah muncul lagi tapi dari beberapa cerita orang yang pernah bertapa dan orang yang punya indra ke 6 sampai saat ini suara gamelan itu masih sering terdengar terutama malam malam tertentu
acara tayub sampai saat ini masih di lestarikan tiapa tiap habis panen raya
Perempuan penari tayub sampai sekarang masih dipercaya memiliki daya magis. Yang menjadi mitos kuat, bayi yang dicium sang penari tayub yang sedang pentas akan segera sembuh bila sakit panas. Akan memiliki pamor kecantikan atau kelak si bayi yang memperoleh cium sayang dari penari tayub akan mendapatkan jalan hidup yang mujur. Berbalikan dengan itu, lelaki akan terkuras hartanya karena gandrung atas kecantikan sang penari.
Tayub biasanya pantas menandai sebuah upacara tradisi, seperti upacara Luwaran di malam itu. Sebuah upacara perayaan syukur hasil panen padi pertama. Eyang Kertoyudo menjadi sentral upacara tersebut.
Eyang Kertoyudo dipercaya sebagai cikal-bakal warga Taruban. Meskipun sudah lama meninggal, roh Eyang Kertoyudo dipercaya masih tetap berada di Dusun Taruban. Warga percaya Eyang Kertoyudo bersemayam di mata air Sendang Kamulyan yang berada tepat di tengah dusun.
GS Suryadi, sesepuh adat Dusun Taruban mengatakan setiap saat ada saja warga yang datang ke Sendang Kamulyan untuk berdoa. Mereka umumnya juga bernazar bahwa apabila permohonan mereka terkabul, maka akan ngibing dengan cara membayar penari tayub dan ikut ngibing dalam pentas tersebut.
0 komentar: